Rabu, 29 Maret 2017

Epos Gilgames dan Atrahasis Sumeria
Epos atau Wiracarita adalah sejenis karya sastra tradisional yang menceritakan kisah kepahlawanan (wira berarti pahlawan dan carita adalah cerita/kisah). Epos ini seringkali dinyatakan dalam bentuk puisi atau syair.

Setiap Kebudayaan Besar selalu memiliki Epos nya masing-masing. Seperti India dengan Ramayana dan Mahabarata nya, Yunani dengan Illiad dan Odyssey nya serta Kebudayaan Mesopotamia dengan Gilgamesh dan Atrahasis nya.




Epos Gilgamesh


Epos Gilgames sebuah puisi epik dari Mesopotamia dan merupakan salah satu di antara karya sastra paling awal yang dikenal. Sebagai rangkaian legenda dan puisi Sumeria tentang raja Uruk atau pahlawan mitos Gilgames, yang dianggap sebagai penguasa pada millennium ketiga SM, dikumpulkan hingga menjadi sebuah puisi Akkadia yang panjang di kemudian hari, dengan versi terlengkap yang masih ada hingga sekarang dilestarikan dalam lempengan-lempengan tanah liat dalam koleksi perpustakaan raja Asyurbanipal dari Asyur pada abad ke-7 SM.

Pemerintahan Gilgames yang dianggap historis diyakini berlangsung sekitar tahun 2700 SM-2500 SM, 200-400 tahun sebelum kisah-kisah tertulis tertua yang dikenal. Penemuan artifak yang berkaitan dengan Agga dan Enmebaragesi dari Kish, dua raja lainnya yang disebut dalam cerita-cerita ini, telah memberikan kredibilitas kepada keberadaan historis Gilgames


Situs arkeologi dari Uruk, 30 kms timur dari Samara di Irak. Uruk terkenal karena dinding-dindingnya yang pertama kali dibangun 4.700 tahun yang lalu oleh bangsa Sumeria Raja Gilgamesh

Sejarah epos ini seringkali dibagi ke dalam tiga periode: lama, menengah, dan kemudian. Sementara ada banyak versi dari cerita ini selama rentangan hampir 2000 tahun, hanya periode lama dan kemudian yang telah memberikan cukup banyak temuan yang cukup signifikan yang memungkinkan penerjemahan yang koheren. Oleh karena itu, versi Babilonia lama, dan apa yang kini dirujuk sebagai edisi standar adalah teks-teks yang paling sering dimanfaatkan. Meskipun demikian, edisi standarnya telah menjadi dasar bagi terjemahan-terjemahan modern, dan versi lama hanya melengkapi versi standar apabila celah dalam lempengan tulisan pakunya besar.

Versi Sumeria tertua dari epos ini berasal dari masa Dinasti ketiga Ur (2150 SM-2000 SM). Versi Akkadia paling awal berasal dari awal milenium kedua. Versi Akkadia "standar", disusun oleh Sin-liqe-unninni pada masa antara 1300 SM dan 1000 SM. Versi-versi Akkadia standard dan yang lebih awal dibedakan berdasarkan kata-kata pembukaannya. Versi yang lebih tua dimulai dengan kata-kata "Mengalahkan semua raja lainnya", sementara pembukaan versi standarnya incipit adalah "Ia yang melihat kedalaman" (ša nagbu amāru). Kata bahasa Akkadia nagbu, "kedalaman", kemungkinan harus diterjemahkan di sini sebagai "misteri yang tidak dikenal". Namun, Andrew George percaya bahwa kata ini merujuk kepada pengetahuan khusus yang dibawa kembali Gilgames dari perjumpaannya dengan Uta-napishti: di sana ia memperoleh pengetahuan tentang ranah Ea, yang ranah kosmiknya dianggap sebagai mata air hikmat. Pada umumnya, para penafsir merasa bahwa Gilgames diberikan pengetahuan tentang bagaimana menyembah para dewata, tentang mengapa kematian ditetapkan untuk manusia, tentang apa yang menjadikan seseorang raja yang baik, dan tentang hakikat sejati tentang bagaimana menjalani hidup yang baik.

Isi kesebelas lempengan tanah liat

1. Gilgames dari Uruk, raja terbesar di muka bumi, dua-pertiga dewa dan sepertiga manusia, adalah Raja-Dewa terkuat yang pernah ada. Ketika rakyatnya mengeluh bahwa ia terlalu kejam, dan menyalahgunakan kekuasaannya dengan tidur dengan perempuan-perempuan lain sebelum mereka ditiduri oleh suami mereka, dewi penciptaan Aruru menciptakan manusia liar Enkidu, lawan yang sepadan yang juga menjadi pengganggu perhatiannya. Enkidu takluk oleh pikatan seorang imam perempuan/pelacur (pelacur kuil) Shamhat.

2. Enkidu menantang Gilgames. Setelah bertempur hebat, Gilgames dan Enkidu bersahabat (bagian ini hilang dari versi Babilonia Standar tetapi dipasok dari versi-versi lainnya). Gilgames mengusulkan sebuah petualangan ke Hutan para Dewa di Gunung Aras untuk membunuh suatu roh jahat.

3. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap melakukan petualangan ke Hutan Aras, dengan dukungan dari banyak pihak termasuk dewa matahari Shamash.

4. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras.

5. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, roh jahat/monster penjaga pohon-pohon. Tetapi sebelum ini terjadi Humbaba mengutuk mereka berdua, dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena hal ini; lalu Gilgames dan Enkidu menebang pohon-pohon, yang mereka apungkan sebagai rakit untuk kembali ke Uruk.


 Humbaba dikeroyok oleh Gilgames dan Enkidu

6. Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, dewi Ishtar. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual ini. Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng.

7. Para dewata memutuskan bahwa ada yang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu. Hal ini juga menggenapi kutukan Humbaba. Enkidu jatuh sakit dan menggambarkan Dunia bawah sementara ia terbaring sekarat.

8. Gilgames meratap karena Enkidu, sambil menawarkan berbagai pemberian kepada banyak dewata agar mereka mau berjalan di sisi Enkidu di dunia bawah.

9. Gilgames berangkat untuk mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir yang sangat dahsyat yang diberikan keabadian oleh para dewata, dengan harapan bahwa ia pun dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan alewyfe Siduri yang berusaha membujuknya agar menghentikan perjalanannya itu.

10. Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi, sang jurumudi, dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah.

11. Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, yang menceritakan kepadanya tentang air bah yang dahsyat dan dengan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi.

Ia mengatakan kepada Gilgames bahwa bila ia dapat bertahan tidak tidur selama enam hari dan tujuh malam, ia akan abadi. Namun, Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti untuk setiap hari ia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya.

Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan lagi kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat di dasar laut dan bahwa bila ia memperolehnya dan memakannya, ia akan menjadi muda kembali, menjadi seorang pemuda lagi. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi ia tidak segera memakannya karena ia ingin juga membagikannya kepada para tua-tua Uruk lainnya. Ia menempatkan tanaman itu di tepi sebuah danau sementara ia mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular.



Setelah gagal dalam kedua kesempatan itu, Gilgames kembali ke Uruk, dan ketika ia melihat dinding-dindingnya yang begitu besar dan kuat, ia memuji karya abadi manusia yang fana ini. Gilgames menyadari bahwa cara makhluk fana untuk mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.
sahabat (bagian ini hilang dari versi Babilonia Standar tetapi dipasok dari versi-versi lainnya). Gilgames mengusulkan sebuah petualangan ke Hutan para Dewa di Gunung Aras untuk membunuh suatu roh jahat.

3. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap melakukan petualangan ke Hutan Aras, dengan dukungan dari banyak pihak termasuk dewa matahari Shamash.

4. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras.

5. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, roh jahat/monster penjaga pohon-pohon. Tetapi sebelum ini terjadi Humbaba mengutuk mereka berdua, dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena hal ini; lalu Gilgames dan Enkidu menebang pohon-pohon, yang mereka apungkan sebagai rakit untuk kembali ke Uruk.


 Humbaba dikeroyok oleh Gilgames dan Enkidu

6. Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, dewi Ishtar. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual ini. Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng.

7. Para dewata memutuskan bahwa ada yang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu. Hal ini juga menggenapi kutukan Humbaba. Enkidu jatuh sakit dan menggambarkan Dunia bawah sementara ia terbaring sekarat.

8. Gilgames meratap karena Enkidu, sambil menawarkan berbagai pemberian kepada banyak dewata agar mereka mau berjalan di sisi Enkidu di dunia bawah.

9. Gilgames berangkat untuk mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir yang sangat dahsyat yang diberikan keabadian oleh para dewata, dengan harapan bahwa ia pun dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan alewyfe Siduri yang berusaha membujuknya agar menghentikan perjalanannya itu.

10. Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi, sang jurumudi, dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah.

11. Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, yang menceritakan kepadanya tentang air bah yang dahsyat dan dengan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi.

Ia mengatakan kepada Gilgames bahwa bila ia dapat bertahan tidak tidur selama enam hari dan tujuh malam, ia akan abadi. Namun, Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti untuk setiap hari ia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya.

Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan lagi kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat di dasar laut dan bahwa bila ia memperolehnya dan memakannya, ia akan menjadi muda kembali, menjadi seorang pemuda lagi. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi ia tidak segera memakannya karena ia ingin juga membagikannya kepada para tua-tua Uruk lainnya. Ia menempatkan tanaman itu di tepi sebuah danau sementara ia mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular.



Setelah gagal dalam kedua kesempatan itu, Gilgames kembali ke Uruk, dan ketika ia melihat dinding-dindingnya yang begitu besar dan kuat, ia memuji karya abadi manusia yang fana ini. Gilgames menyadari bahwa cara makhluk fana untuk mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.sahabat (bagian ini hilang dari versi Babilonia Standar tetapi dipasok dari versi-versi lainnya). Gilgames mengusulkan sebuah petualangan ke Hutan para Dewa di Gunung Aras untuk membunuh suatu roh jahat.

3. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap melakukan petualangan ke Hutan Aras, dengan dukungan dari banyak pihak termasuk dewa matahari Shamash.

4. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras.

5. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, roh jahat/monster penjaga pohon-pohon. Tetapi sebelum ini terjadi Humbaba mengutuk mereka berdua, dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena hal ini; lalu Gilgames dan Enkidu menebang pohon-pohon, yang mereka apungkan sebagai rakit untuk kembali ke Uruk.


 Humbaba dikeroyok oleh Gilgames dan Enkidu

6. Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, dewi Ishtar. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual ini. Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng.

7. Para dewata memutuskan bahwa ada yang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu. Hal ini juga menggenapi kutukan Humbaba. Enkidu jatuh sakit dan menggambarkan Dunia bawah sementara ia terbaring sekarat.

8. Gilgames meratap karena Enkidu, sambil menawarkan berbagai pemberian kepada banyak dewata agar mereka mau berjalan di sisi Enkidu di dunia bawah.

9. Gilgames berangkat untuk mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir yang sangat dahsyat yang diberikan keabadian oleh para dewata, dengan harapan bahwa ia pun dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan alewyfe Siduri yang berusaha membujuknya agar menghentikan perjalanannya itu.

10. Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi, sang jurumudi, dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah.

11. Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, yang menceritakan kepadanya tentang air bah yang dahsyat dan dengan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi.

Ia mengatakan kepada Gilgames bahwa bila ia dapat bertahan tidak tidur selama enam hari dan tujuh malam, ia akan abadi. Namun, Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti untuk setiap hari ia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya.

Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan lagi kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat di dasar laut dan bahwa bila ia memperolehnya dan memakannya, ia akan menjadi muda kembali, menjadi seorang pemuda lagi. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi ia tidak segera memakannya karena ia ingin juga membagikannya kepada para tua-tua Uruk lainnya. Ia menempatkan tanaman itu di tepi sebuah danau sementara ia mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular.



Setelah gagal dalam kedua kesempatan itu, Gilgames kembali ke Uruk, dan ketika ia melihat dinding-dindingnya yang begitu besar dan kuat, ia memuji karya abadi manusia yang fana ini. Gilgames menyadari bahwa cara makhluk fana untuk mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.